Rabu, 19 Agustus 2009

Sampah = Budaya Pop

Beberapa tahun lalu para ahli melansir hasil penemuan bahwa tumpukan sampah di Samudra Pasifik sudah mencapai dua kali luas negara bagian Texas, Amerika Serikat. Dengan berat mencapai puluhan juta ton. Sewaktu Charles J. Moore melakukan survei pertama kali di lautan Pasifik pada 1999, ia menjumpai pulau sampah.

Sampah memang menjadi masalah setelah revolusi industri. Industri manufaktur yang sebelumnya bergantung pada tenaga manusia kemudian dapat diganti secara mekanis dengan mesin. Akibatnya produk-produk hasil industri menjadi sangat murah karena biaya produksi bisa ditekan.

Ledakan kelahiran pasca-perang-dunia II dan ditemukannya penisilin memicu ledakan penduduk dan membuat konsumsi meningkat. Pada gilirannya konsumsi mendorong industri berkembang lebih. Konsumsi menghasilkan sampah. Jika dahulu alam masih bisa mentralisir sampah ini, sekarang proses daur ulang alamiah sudah tidak dapat mengikuti kecepatan pertambahan sampah. Akibatnya sampah menumpuk. Terutama sampah plastik.


Tidak kebetulan jika sampah-sampah di lautan Pasifik tersebut berada di antara Jepang dan Amerika Serikat. Nota bene dua negara tersebut adalah penghasil hasil manufaktur terbesar di dunia. Sekaligus sekarang ini menjadi tren budaya pop. Lalu apakah sampah identik dengan budaya pop?

3 komentar:

  1. Ternyata sampah tidak saja menjadi masalah dinegara kita. Tapi dinegara majupun masih tak tertanggulangi. Terus .... apa langkah kita ?

    Berkunjung dan salam kenal

    BalasHapus
  2. Sampah memang selalu jadi masalah dimana-mana.
    Tapi sampai bisa membentuk sebuah pulau, berarti penumpukannya sudah bertahun-tahun.
    Btw, berkunjung sahabat follow back ya.
    Makasih

    BalasHapus

Silakan berkomentar untuk saling berbagi pengetahuan tentang budaya pop