Senin, 14 Juni 2010

Budaya Pop Koes Plus



Cuplikan tulisan dari Kompas saat membahas Koes Plus ini menarik:

Pertemuan antargenerasi itu, dalam pandangan antropolog Dr Lono Lastoro Simatupang, dimungkinkan karena budaya populer memang menjadi ruang pertemuan antara generasi tua dan generasi muda. Bisa dikatakan, tidak ada pemisahan tegas antara ”tua” dan ”muda” dalam budaya pop.

”Sifat lintas generasi itu dapat dipahami sebagai pengejawantahan watak industri budaya populer itu sendiri. Sifat seperti ini berbeda dari budaya tradisi yang umumnya memiliki penjenjangan generasi,” kata Lono, Kepala Jurusan dan pengajar di Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu.

Koes Plus, seperti menjadi peletak dasar band modern Indonesia.

Kamis, 03 Juni 2010

Selamat Jalan Pance


Salah satu ikon budaya Pop yang mewarnai blantika musik Indonesia menghadap Sang Khalik. Pance Pondaag. Lagu-lagunya pada era 80-an menjadi trend setter. Misalnya, "Tak Ingin Sendiri" yang dinyanyikan Dian Piesesha, "Untuk Sebuah Nama" yang dinyanyikan Meriam Bellina, "Orang Ketiga" dinyanyikan Susi Adella, "Kucari Jalan Terbaik", "Engkau Segalanya Bagiku", "Kau dan Si Buah Hati", "Mulanya Biasa Saja". Lagu ciptaannya, "Ave Maria" bahkan menjadi semacam lagu wajib di Pulau Sumba. Para perantau dari Sumba jika menyanyikan lagu itu merasa mereka sudah pulang kampung. Selamat jalan Om Pance.