Rabu, 19 Agustus 2009

Sampah = Budaya Pop

Beberapa tahun lalu para ahli melansir hasil penemuan bahwa tumpukan sampah di Samudra Pasifik sudah mencapai dua kali luas negara bagian Texas, Amerika Serikat. Dengan berat mencapai puluhan juta ton. Sewaktu Charles J. Moore melakukan survei pertama kali di lautan Pasifik pada 1999, ia menjumpai pulau sampah.

Sampah memang menjadi masalah setelah revolusi industri. Industri manufaktur yang sebelumnya bergantung pada tenaga manusia kemudian dapat diganti secara mekanis dengan mesin. Akibatnya produk-produk hasil industri menjadi sangat murah karena biaya produksi bisa ditekan.

Ledakan kelahiran pasca-perang-dunia II dan ditemukannya penisilin memicu ledakan penduduk dan membuat konsumsi meningkat. Pada gilirannya konsumsi mendorong industri berkembang lebih. Konsumsi menghasilkan sampah. Jika dahulu alam masih bisa mentralisir sampah ini, sekarang proses daur ulang alamiah sudah tidak dapat mengikuti kecepatan pertambahan sampah. Akibatnya sampah menumpuk. Terutama sampah plastik.


Tidak kebetulan jika sampah-sampah di lautan Pasifik tersebut berada di antara Jepang dan Amerika Serikat. Nota bene dua negara tersebut adalah penghasil hasil manufaktur terbesar di dunia. Sekaligus sekarang ini menjadi tren budaya pop. Lalu apakah sampah identik dengan budaya pop?

Kamis, 13 Agustus 2009

Microsoft Tersandung Microsoft Word

Sebuah perusahaan yang menjadi ikon budaya populer di bidang teknologi, tersandung. Hakim pada Selasa lalu memerintahkan untuk menghentikan penjualan Microsoft Word, salah satu produk terpenting saat ini karena pelanggaran paten. Microsoft Word sendiri adalah fenomena budaya pop.

Leonard Davis, hakim di Pengadilan AS Distrik Texas mengeluarkan perintah permanen "melarang Microsoft dari penjualan atau mengimpor ke Amerika Serikat setiap produk Microsoft Word yang memiliki kemampuan membuka XML,. DOCX atau DOCM file (XML file) berisi kustom XML karena patennya milik perusahaan I4i.

Pemimpin I4i, yang telah memenangkan gugatan terhadap Microsoft ,mengatakan ia tidak bertujuan untuk melihat Microsoft Word diambil dari rak toko.

Bahkan, Dirut I4i, Loudon Owen, mengatakan dia adalah salah satu dari ratusan juta orang yang menggunakan Word. "Kami tidak ingin menghentikan bisnis Microsoft dan tidak ingin mengganggu semua pengguna MS Word di luar sana," ujar Owen dalam wawancara telepon dengan pada Rabu kemarin. Dia menambahkan bahwa perintah pengadilan minggu ini hanya terhadap Word yang dibundel menggunakan kustomisasi teknologi XML karya I4i.

Sebagaimana dicatat sebelumnya, Microsoft memiliki beberapa pilihan, termasuk hukum banding, mengejar penyelesaian, atau mengubah Word di jalur yang tidak menyalahi teknologi I4i.

Walaupun ia tidak dapat berkomentar mengenai teknis pengerjaannya, Owen mengatakan dia akan senang melihat Microsoft meluncurkan versi Word yang menghapus pelanggaran teknologi ini.

Loudon Owen, Sang Bos I4i

"Perintah yang tidak mengatakan tidak boleh ada lagi Word bagi dunia," ujar Owen. "Itu bukan yang kita mau dan itu tidak masuk akal."

Hakim memerintahkan Microsoft membayar US $ 200 juta dari Mei, tetapi tidak mengeluarkan perintah yang melarang Microsoft Word dalam bentuk sekarang ini. Perintah berlaku dalam 60 hari, kecuali Microsoft yang memenangkan banding, yang saat ini sedang diproses.

"Ini jelas suatu bahan putusan oleh US paten standar, tapi kami rasa ini adalah adil," ujarnya.
Tetapi Owen mengatakan I4i berfokus pada produk, bukan pada pengadilan. Owen mengatakan misi I4i mencoba membuat database-siap di seluruh dunia yang sistem informasinya tak terstruktur. Hanya sekitar 10 persen dari hari ini adalah struktur data, tetapi XML dapat mengubah itu.

Perusahaan ini memiliki sekitar 30 karyawan dan telah berdiri sejak 1993, memiliki produk yang digunakan oleh beberapa perusahaan besar, termasuk perusahaan farmasi ternama seperti Amgen, Bayer dan Biogen.

Menariknya, salah satu proyek terbesar perusahaan pada 2001 revisi website US Patent dan Trademark Office bagian pengajuan paten. Walau begitu, paten yang dilanggar Microsoft, sudah didaftarkan sejak 1994 dan pada tahun 1998.

Owen mengatakan dia tidak dapat berkomentar mengenai apakah ada penyelesaian apa pun yang akan dilakukan. Ditanya apakah mungkin ada tempat bagi beberapa jenis kemitraan antara kedua perusahaan, Owen menukas, "Microsoft terlalu besar untuk kami beli saat ini."

Ia kemudian menambahkan bahwa perusahaan bertujuan untuk membantu struktur informasi dunia dan ia akan melakukan apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. "Kami akan selalu siap dan mampu bermitra dengan mitra baik, siapa pun itu."

Owen, yang salah satu-pendiri perusahaan ventura Mclean Watson yang menyangga I4i punggung punya beberapa pengalaman negosiasi dengan Microsoft. Menurut biografi singkat pada situs Web perusahaan, ia membantu dan menjadi penasihat keuangan perusahaan 3D animasi Softimage yang dijual ke Microsoft pada tahun 1994.

Rabu, 12 Agustus 2009

Saykoji Tanggap Menangkap Budaya Pop


Lirik lagu berjudul Online benar-benar tepat menggambarkan fenomena budaya pop saat ini di Indonesia. Silakan menyimak dan menikmatinya.

Reff:
siang malam ku selalu
menatap layar terpaku
untuk on line on line
on line on line

Verse 1:
tidur telat bangun pagi pagi
nyalain komputer online lagi
bukan mau ngetik kerjaan
e-mail tugas diserahkan
tapi malah buka facebook
padahal face masih ngantuk
beler kayak orang mabuk
pala naik turun ngangguk-ngangguk

sambil ngedownload empitri
colok i pod usb kiri
ngecekin postingan forum
apa ada balesannye? belum

biar belum sikat gigi belum mandi
tapi kalo belum on line paling anti
liat friendster myspace, youtube
me and him, everybody you too

siang malam ku selalu
menatap layar terpaku
untuk on line on lineon line on line
jari dan keyboard beradu
pasang earphone dengar lagu
aku on line online
on line on line

Verse 2:
nah udah mandi siap berangkat
langsung cabut takut terlambat
tak lupa flash disk gantung di leher
malah lupa sepatu jadi nyeker


flashdisk isinya bokep atau lagu
kalau ada kerjaanpun gue ragu
kalo emang berani coba pada ngaku
cek isi foldernya satu satu

di kantor online pakai proxy
walau diblok server bisa dilolosi
namanya udah ketagihan internet
produktifitaspun kepepet

jam kerja malah chatting ym
ngobrol online sama ehehem
atasan lewat langsung klik data
pura pura kerja di depan mata

siang malam ku selalu
menatap layar terpaku
untuk on line on line
on line on line
jari dan keyboard beradu
pasang earphone dengar lagu
aku on line online
on line on line


bridge:
makan siangpun aku cari sinyal wifi
mengapa ku kecanduan oh why why
kadang terasa bagai tak berdaya
ingin ku berubah... eh ada e-mail dah dulu ya


Verse 3:
cek e-mail spam semua
email benerannya cuma dua
yang satu email lama
yang satu forwardan yang sama

ngarep komentar buka friendster
loading, gue tinggal beser
pas balik ngecek komputer kok lagi maintenance server

ya udah download lagu
bajakan gratis gak pake ragu
saykoji satu album
setengah jam bisa rampung

sore sore bosen hambar
ide nakal cari cari gambar
download video dengan sabar
ketahuan pacar digampar

siang malam ku selalu
menatap layar terpaku
untuk on line on line
on line on line
jari dan keyboard beradu
pasang earphone dengar lagu
aku on line online
on line on line

Senin, 10 Agustus 2009

Budaya Pop Siaran Langsung Penyerbuan Noor Din M Top

Proses penggerebekan Noor Din M Top yang disiarkan langsung.

Fenomena budaya populer saat dua stasiun televisi Indonesia menyiarkan secara langsung penggerebekan kelompok teroris Nor Din M Top begitu terasa. Salah satu khas budaya populer adalah hal-hal yang mempunyai nilai berita tinggi dikemas sedemikian rupa supaya memacu adrenalin.

Yang paling tinggi di antara itu adalah jika yang memacu adrenalin tersebut dapat disiarkan langsung. Itulah sebabnya para wartawan televisi yang perang rela mendatangi garis depan pertempuran. Dengan seizin atau tidak seizin orang-orang yang bertikai. Misalnya perang Amerika Serikat melawan pasukan garda bangsa Irak pimpinan Saddam Hussein beberapa tahun lalu.

Dan, pada 8 Agustus 2009 dini hari tersebut itulah tayangan budaya pop terpampang di mata kita semua. Sebuah rumah terpencil di Temanggung digerebek. Dan proses penggerebekan disiarkan langsung. Dalam hal ini hampir pasti dapat diduga, dua stasiun TV tersebut tidak hanya memperoleh izin, tetapi diminta langsung oleh instansi yang bersangkutan. Sebuah simbiosis mutualisme. Televisi ingin tayangan yang sexy, pemerintah yang sedang kebakaran jenggot karena kecolongan kasus bom J.W. Marriot dan Ritz Carlton memperoleh nama baik kembali.

Bisa jadi hal itulah yang membuat beberapa orang menjadi ragu apakah kejadian itu benar atau sekadar rekayasa. Namun, mengapa harus ragu. Walaupun kemasannya mungkin membuat beberapa orang muak karena mengkormesialisasi suatu proses yang genting, tetapi yah begitulah budaya pop. Selanjutnya terserah Anda.

Mayat buronan teroris nomor 1 di Indonesia di bawa ke Jakarta.


Kamis, 06 Agustus 2009

RIP W.S. Rendra


Foto di atas diambil pada 1969.

Seorang yang mewarnai dunia sastra modern Indonesia telah berpulang. Sang burung merak, Willy Brodus Surendra Broto yang kemudian berganti nama menjadi Wahyu Sulaiman Rendra setelah dirinya muslim, menjalani perawatan jantung sejak setahun lalu. Berkali-kali ia masuk rumah sakit, sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya di kediaman salah satu putrinya, Clara Shinta, di Perumahan Pesona Kayangan, Depok, Bogor 6 Agustus 2009.

Pria kelahiran 7 November 1935 ini mendirikan Bengkel Teater pada 1967 di Yogyakarta juga di Depok, Jawa Barat.


Pemikirannya yang brilian tentang bangsa Indonesia dan perlawananannya pada ketidakadilan adalah sumbangan terbesar bagi negara ini.

Agaknya si Burung Merak hendak memamerkan bulu-bulunya di surga. Selamat jalan Rendra.


Dalam salah satu pembacaan puisi

Berikut ini adalah salah satu sajaknya


Sajak Sebatang Lisong
menghisap sebatang lisong

melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langitdua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka

matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan

aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan
delapan juta kanak - kanak

menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya

Rabu, 05 Agustus 2009

Bronisław Kasper Malinowski

Seorang antropolog yang secara luas dianggap telah salah satu yang terpenting pada abad ke-20 karena ia menjadi perintis etnografi lapangan, yang membuat dia besar kontribusi ilmu Melanesia dan reciprocity (Antropologi Budaya).

Bronislaw Malinowski, seorang antropolog Inggris kelahiran Polandia : [7 April 1884 - 16 Mei 1942), meneguhkan metode penelitian antropologi pada budaya modern dalam penelitiannya terhadap masyarakat Kepulauan Trobriand, dekat Papua Nugini dalam bukunya Argonauts of the Western Pacific.

Latar Belakang
Malinowski dilahirkan di Krakow, Polandia, dari keluarga kelas menengah. Ayahnya seorang profesor dan ibunya anak perempuan seorang tuan tanah. Secara fisik, ia lemah, sering menderita sakit namun ia cerdas secara akademis. Ia menerima gelar doktor dalam filsafat dari Jagiellonian University, Krakow, pada 1908, dalam bidang ilmu matematika dan fisika. Suatu kali saat hendak mengajar di Jagiellonian University, Malinowski dan menjadi sakit, sementara recuperating, memutuskan untuk menjadi antropolog ketika membaca karya James Frazer, The Golden Bough. Buku ini mengubahnya menjadi tertarik pada etnologi saat ia belajar di Universitas Leipzig, di bawah bimbingan ekonom Karl Bücher dan psikolog Wilhelm Wundt. Pada 1910, ia pergi ke Inggris, belajar di London School of Economics di bawah CG Seligman dan Edward Westermarck.

Pada 1914, ia pergi ke Papua (di daerah yang sekarang termasuk wilayah Papua Nugini). Ia melakukan penelitian di Mailu dan kemudian, lebih dikenal sebagai Kepulauan Trobriand. Pada perjalanannya yang terkenal itu, ia menjadi telantar.

Perang Dunia Pertama telah pecah, dan karena kutub Austria-Hungaria dalam wilayah dikontrol Inggris, penguasa Australia memberinya dua pilihan, diasingkan ke pulau Trobriand atau ditawan selama perang. Malinowski memilih Kepulauan Trobriand. Selama periode ini, ia terus melakukan penelitian di tentang Kula ring dan memantapkan praktik observasi partisipan, yang terus menjadi standar penelitian etnografi sampai kini.

Pada 1922, Malinowski mendapat gelar doktor dalam ilmu antropologi dan mengajar di London School of Economics. Pada tahun bukunya Argonauts of the Western Pacific diterbitkan. Buku itu secara universal dianggap sebagai mahakarya dan Malinowski dikenal menjadi salah satu antropolog terbaik di dunia. Selama dua dekade, Malinowski akan mendirikan LSE sebagai salah satu pusat penelitian antropologi di Inggris. Ia akan melatih banyak mahasiswa, termasuk mahasiswa dari koloni Inggris yang akan pergi ke menjadi tokoh penting di negara asalnya.
Malinowski kadang-kadang mengajar di Amerika Serikat. Ketika Perang Dunia II pecah dalam salah satu perjalanan ke Amerika Serikat, ia memutuskan tetap tinggal di sana dan memilih mengajar di Yale University, sampai kematiannya.

Ia meninggal pada 16 Mei 1942. Tepat setelah ulang tahun ke-58 ia terkena serangan jantung ketika mempersiapkan diri melakukan penelitian lapangan pada musim panas di Oaxaca, Meksiko. Ia dikebumikan di Evergreen Cemetery di New Haven, Connecticut.

Ide
Malinowski dikenal sebagai salah satu ahli terbaik antropologi etnografi. Ia sering disebut sebagai yang pertama untuk membawa penelitian antropologi "garis depan", yakni yang mengalami kehidupan sehari-hari itu bersama subjek mereka. Malinowski menekankan pentingnya observasi partisipan secara terperinci dan berpendapat bahwa antropolog harus memiliki kontak harian dengan informan agar mereka cukup merekam "ketidaktentuan dalam kehidupan sehari-hari" yang sangat penting untuk memahami budaya yang berbeda.
Dia menyatakan bahwa tujuan dari antropolog, atau ahli etnografi, adalah:

Untuk menangkap cara pandang penduduk asli, hubungan mereka dengan kehidupan, dan, kesadaran atas visi hidup mereka di dunia.
- Argonauts of the Western Pacific, Dutton edisi 1961, hal 25.

Namun, dalam rujukan kepada Kula, Malinowski juga mengatakan, dalam edisi yang sama, hal. 83-84:

Namun harus diingat bahwa apa yang tampak kepada kita suatu lembaga yang luas, kompleks, dan teratur adalah hasil dari banyak tindakan dan pursuits, dibawa oleh para barbar yang tidak memiliki undang-undang, tujuan, atau perjanjian yang telah mantap diletakkan.
Mereka tidak memiliki pengetahuan gambaran besar dari salah satu struktur sosial mereka. Mereka mengenali motif, tahu tujuan dari setiap tindakan dan peraturan yang berlaku kepada mereka, tetapi pertanyaan bagaimana atas seluruh bentuk lembaga kolektif mereka, di luar jangkauan mental mereka. Tidak ada penduduk asli pun, bahkan yang paling cerdas, mempunyai ide yang jelas bahwa Kula sebagai konstruksi sosial yang besar dan teratur, masih kurang fungsi sosiologis dan implikasinya ... observasi atas integrasi semua detail, pencapaian sosiologis dari berbagai sintesis, symptom yang relevan, adalah tugas ahli etnografi ... ahli etnografi yang telah harus mengkonstruksi gambar besar dari lembaga, terutama sebagai konstruksi fisik dari teorinya yang berasal dari data percobaan, yang selalu ada di dalam jangkauan setiap orang, tetapi yang diperlukan interpretasi konsisten.


Dalam dua petikan tersebut, Malinowski mengantisipasi perbedaan deskripsi dan analisis dan pandangan antara pelaku dan analis. Perbedaan ini terus menginformasikan teori dan metode antropologi.

Hasil studinya tentang Kula juga penting untuk pengembangan antropologi teori timbal-balik (reciprocity), dan bahan dari Trobriand telah dibahas secara luas dalam esai Marcel Mauss, The Gift.

Malinowski juga mengenalkan pada kita penelitian antropologi sosial yang dikenal sebagai fungsionalisme. Kontras dengan fungsionalisme Radcliffe-Brown, Malinowski mengatakan bahwa kebudayaan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan individu daripada memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Ia beralasan bahwa ketika kebutuhan individu-individu terpenuhi, yang merupakan bagian dari masyarakat, kebutuhan masyarakat akan terpenuhi. Bagi Malinowski, perasaan manusia dan motif mereka, sangat penting untuk memahami cara masyarakat berfungsi:

Selain gambaran besar atas peraturan suku dan budaya terkristalisasi yang membentuk rangka struktur sosial masyarakat, selain data kehidupan sehari-hari dan tingkah laku— yang berbicara dalam daging dan darah, masih ada yang akan perlu direkam: roh penduduk asli—pandangan dan pendapat masyarakat.
- Argonauts, hal 25.

Terlepas dari penelitian lapangannya, Malinowski juga menantang pandangan Barat yang umum yang terlihat dalam pandangan Freud, Oedipus Complex dan klaim bahwa itu benar secara universal. Dia melakukan pendekatan cross-cultural dalam Sex and Repression in Savage Society (1927) yang di dalam buku itu ia menunjukkan bahwa Oedipus Complex tidak universal.


Karyanya
  • The Trobriand Islands (1915)
  • Argonauts of the Western Pacific (1922)
  • Myth in Primitive Society (1926)
  • Crime and Custom in Savage Society (1926)
  • Sex and Repression in Savage Society (1927)
  • The Sexual Life of Savages in Northwestern Melanesia (1929)
  • Coral Gardens and their Magic: A Study of the Methods of Tilling the Soil and of Agricultural Rites in the Trobriand Islands (1935)
  • The Scientific Theory of Culture (1944)
  • "Freedom & Civilization" (1944)
  • Magic, Science, and Religion (1948)
  • The Dynamics of Culture Change (1945)
  • A Diary In the Strict Sense of the Term (1967)

Selasa, 04 Agustus 2009

CROCS

Salah satu fenomena budaya pop adalah CROCS. Sepatu yang terbuat dari bahan crosslite yang ringan dan lunak itu pertama kali diproduksi oleh sebuah perusahaan di Colorado. Crocs menjadi sangat populer karena lembut dan nyaman dipakai. Walaupun bentuknya lucu dan aneh, crocs tiba-tiba mendunia. Juga di Indonesia. Sekarang banyak yang membuat tiruan crocs ini walaupun tentu saja memakai bahan yang benar-benar berbeda dengan crocs asli yang impor itu. Anda dapat temukan tiruannya di Pasar Tanahabang atau Pasar Senen.

Konon:
  1. Crocs sangat lembut, sangat nyaman dan menyatu ke kaki
  2. Pemakai Crocs merasa tidak mengenakan sepatu. Crocs hanya berberat 6 ons.
  3. Crocs punya semacam ventilasi sehingga menjaga kaki dingin
  4. Crocs tidak membuat lecet kaki.
  5. Crocs anti bakteri dan tahan bau, menghilangkan "stinky feet paranoia"
  6. Crocs fitur dengan tali tumit akan meningkatkan kinerja dan dukungan kaki Anda dari kelelahan
  7. Crocs sepatu yang dibuat dengan lubang yang sedemikian rupa sehingga bebas dari kotoran, sampah dan air
  8. Crocs pemeliharaan rendah, dapat disterilkan dengan air dan pemutih
  9. Crocs dengan fitur nub footbed bersirkulasi merangsang aliran darah
  10. Crocs memiliki mengikuti bentuk telapak kaki sehingga memberi dukungan keyamanan maksimal11) Crocs memiliki fitur penyerap hentakan tunggal yang mengambil berat di kaki, telapak kaki, lutut, pinggang, dan punggung.

Walau begitu, kalau memakai Crocs, harus hati-hati karena banyak keluhan mengenainya. Dari kecelakaan di eskalator sampai materi crosslite yang mengeluarkan listrik statis yang mengganggu peralatan elektronik.

Atau, pakai tiruannya yang murni berbahan plastik he he.
Crocs sekarang mengeluarkan varian baru sepatu canvas namun masih beralaskan crosslite. Yaitu, Crocs Santa Cruz.



Senin, 03 Agustus 2009

Harry Potter dan Budaya Pop

Poster film Harry Potter: Half Blood Prince


Apa dampak fenomena Harry Potter terhadap budaya pop? Ada banyak dampak yang ia timbulkan. Untuk film-filmnya, popularitas Harry Potter menggeser genre fiksi ilmiah ke genre fantasi. Peningkatan film dan acara-acara televisi yang bertema fanatasi belum pernah terjadi pada masa-masa lalu. Dan, ucapan terima kasih harus ditujukan pada Harry Potter.

Pengaruh lainnya adalah penjualan buku, khususnya penjualan buku bacaan anak. Dampak positif ini dapat Anda lihat di Indonesia saat seri terakhir, ketujuh, Harry Potter diluncurkan. Pukul 12 malam, anak-anak antre di Gramedia. Itu baru di Indonesia yang konon tingkat bacanya rendah. Bagaimana di luar negeri. Dapat Anda bayangkan sendiri.


Film Harry Potter, Half Blood Prince, baru diputar resmi di Indonesia pada 17 November 2009. Apakah ada kehebohan? Tentu saja ini sangat tergantung bagaimana para pengusaha media mengemas komunikasi mereka kepada khalayak. Yang jelas, ikon pop culture yang satu ini paling krispy untuk diolah di media. Terima kasih untuk J. K. Rowling yang rela bersusah-susah menulis di tissu—karena tidak kuat membeli kertas—warung makan untuk mewujudkan seri Harry Potter ini.